KERAJAAN MAJAPAHIT

Label:

Berdirinya Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah Negara dengan masyarakat feodal. Namun sejarah mencatat Majapahit menjadi kerajaan agung di belahan Asia Tenggara pada zamannya. Hal ini terjadi karena konsep strategisnya menjadikan Majapahit sebagai Negara Maritim yang luas wilayahnya dikelilingi oleh lautan lebih luas dari wilayah Indonesia saat ini, meliputi wilayah dari pantai barat Irian sampai Langkasuka di Semenanjung Tanah Malayu.
Kebesaran Majapahit sebagai negara pemersatu bangsa, Dwipantara, Nusantara Raya, dikenal hampir di seluruh mancanegara pada zamannya dari tahun 1293 sampai dengan 1478. Kemajuan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan politik banyak mendapatkan sorotan dari beberapa negara sahabat, pada zamannya maupun abad-abad belakangan ini. Kebesaran Majapahit terungkap pertama kali oleh Doktor dari Belanda bernama J.L.A. BRANDES berdasarkan Babad Tanah Jawi yang diterbitkannya pada tahun 1888 dan kemudian disempurnakan dengan temuan Serat Pararaton yang diterbitkan pada tahun  1896.

Naskah Nagarakretagama buah karya pujangga besar bangsa Indonesia Rakawi Prapanca ditemukan pertama kali di Puri Cakranegara, di pulau Lombok, yang sebagian naskahnya diterbitkan oleh J.L.A. BRANDES pada tahun 1902 dengan teks dalam huruf Bali. Berturut-turut kemudian terbit karya-karya besar mengenai kebesaran Majapahit oleh H. KERN pada tahun 1903 dalam makalahnya: De Nagarakretagama. Oud Javaansch lofdicht op Koning Hayam Wuruk van Majapahit, G.P. ROUFFAER pada tahun 1909 dengan judul Beschrijving van Candi Singasari en de wolkentooneelen van Panataran.

N.J. KROM dari tahun 1912 sampai dengan tahun 1931 dengan judul Oud Javaansche Oorkonden. Nagelaten transcripties van wijlen Dr. J.L.A. Brandes, Hindoe-javaansche Geschiedenis, kemudian diikuti oleh R.NG. PURBATJARAKA, MOHAMMAD YAMIN, SLAMET MULYANA dan lain-lain yang sangat berjasa dalam mengungkapkan Kebesaran Majapahit.
Kebesaran Majapahit disamping berdasarkan naskah-naskah atau serat-serat karya pujanga-pujangga besar pada zamannya juga didukung oleh temuan-temuan lain seperti prasasti, candi dan temuan galian lainnya.

Keagungan Majapahit adalah hasil jerih payah rakyat di bawah pimpinan para raja dan pembantu-pembantunya yang bertindak bijaksana. Para penguasa punya kemampuan untuk memerintah dan membimbing rakyat, sementara rakyat berwatak patuh dan punya kemampuan untuk melaksanakan perintah berdasarkan falsafah dan undang-undang yang berlaku saat itu. Sebagai Negara feodal yang sangat bercirikan strata kekastaan dan kebangsawanan, ternyata mampu memberikan nuansa kebersamaan, kesatuan dan persatuan yang saling menghargai. Saat itu, feodalisme ternyata bukan handicap yang menakutkan. Secara tidak langsung, para penguasa saat itu memberikan hak yang cukup besar pada rakyat untuk menyuarakan keinginannya. Ini dapat dilihat dari beberapa pertemuan besar setiap tahunnya yang diadakan oleh pemerintah bagi seluruh lapisan masyarakat. Pertemuan Caitra yang berlangsung antara bulan Maret-April misalnya.

Pertemuan besar tahunan ini dilangsungkan di lapangan Bubat yang dihadiri oleh masyarakat sampai lapisan terendah dari desa terpencil. Hasil pertemuan ini menghasilkan evaluasi terhadap implementasi yang terjadi di seluruh Nusantara Raya selama setahun. Hasil evaluasi ini akan menciptakan kebijakan baru untuk tahun ke depan bagi kesejahteraan rakyat di seluruh Nusantara Raya. Kerajaan Majapahit didirikan di desa Tarik dari bulan Juni 1292 sampai dengan tanggal 1 Maret 1293 oleh Raden Wijaya dibantu kawan-kawannya dari Madura.

Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit tercatat dalam sejarah, dibuktikan pada prasasti Kudadu bertarikh 1294, prasasti Penanggungan bertarikh 1296, prasasti Balawi bertarikh 1305 dan juga Nagarakretagama. Menurut Kidung Panji Wijayakrama, pembukaan hutan Tarik oleh Raden Wijaya diizinkan oleh Sri Jayakatwang karena  alasan demi kepentingan Sang Prabu yang suka berburu. Setelah hutan Tarik dibuka, Raden Wijaya pertama kali menjadikannya sawah dan kebun bagi tanaman aneka bunga, pucang, pinang, kelapa dan pisang.

Dinamakan  Majapahit konon pada saat pembukaan hutan ada seorang Madura yang memakan buah Maja, setelah dicicipi terasa pahit, buah itu dibuangnya. Setelah itulah kemudian desa yang baru dibuka itu dinamakan desa Majapahit. Terletak di sebelah selatan Trawulan sekarang. Diam-diam di tempat terpisah Raden Wijaya mulai mendirikan bangunan-bangunan penting bagi persiapan suatu kerajaan yang akan memberontak kepada Jayakatwang, pembunuh mertuanya Sri Kertanegara. Pembangunan itu sangat dirahasiakan.
Berbulan-bulan Raden Wijaya menetap di desa Tarik yang baru dibukanya itu.  Sampai akhirnya Jayakatwang mengutus Menteri Sagara Winotan untuk menyusul Raden Wijaya. Di desa Tarik,  Menteri Sagara Winotan tidak diberi kebebasan melihat-lihat keadaan desa. Raden Wijaya khawatir rencananya dapat diketahui oleh Sri Jayakatwang yang sedang berkuasa di Gelang-Gelang.

Namun rencana itu akhirnya tercium juga. Jayakatwang mengirim pasukannya untuk menghancurkan Raden Wijaya. Karena Raden Wijaya belum mempunyai kekuatan yang memadai untuk melawan Jayakatwang, pada bulan April 1293 Raden Wijaya mengirim utusan kepada tentara Mongol (baca: Cina) yang tinggal di tepi sungai Brantas untuk minta perlindungan atas serangan tentara Jayakatwang dari Gelang-Gelang itu. Catatan kenegaraan Dinasti Yuan memberitakan bahwa pada tahun 1293 Cina mengirim pasukan ke Majapahit yang baru saja dibangun, di bawah panglima Ike Mese dan Kau Hsing. Sebagian tentara Cina dikirim ke Canggu. Karena tidak diketahui secara tepat tempat musuh bersembunyi (pasukan Jayakatwang), pasukan Cina itu kembali ke perkampungan mereka di tepi sungai Brantas.

Kejayaan Majapahit

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mengambil Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.[15] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.


Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang, menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Salah satu panglima Gajah Mada yang terkenal adalah Adityawarman, yang termahsyur atas penaklukan Minangkabau. Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam Wuruk tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang dipegang Gajah Mada (semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan) diberikan kepada tiga orang. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389 Majapahit benar-benar mengalami kemunduran.
Beberapa faktor penyebab kemunduran Majapahit sebagai berikut.
  • Tidak ada lagi tokoh di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal.
  • Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan.
  • Terjadinya perang saudara, di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg (1401 – 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit. Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia berambisi untuk menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan. Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari Kediri (1478).
  • Masuknya agama Islam sejak zaman Kerajaan Kediri di Jawa Timur menimbulkan kekuatan baru yang menentang kekuasaan Majapahit. Banyak bupati di wilayah pantai yang masuk Islam karena kepentingan dagang dan berbalik melawan Majapahit.

 

Fakta Sejarah Yang Tersembunyi
  • Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.

  • Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
  • Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini.

  •  Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran sufi, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu.