"Inilah nama populer yang diberikan kepada sekumpulan karya tulisan tangan, yang ditemukan di beberapa tempat di sebelah barat Laut Mati pada tahun 1947 dan selanjutnya. Semuanya bisa dibagi tiga kelompok. Tapi ketiga kelompok itu tidak berhubungan satu sama lain".
NASKAH QUMRAN
Yang terpenting dari Gulungan Laut Mati ialah naskah-naskah yang ditemukan sejak tahun 1947 di dalam sebelas gua di Wadi Qumran dan sekitarnya, di sebelah barat laut Laut Mati. Bagian terbesar naskah itu adalah sisa dari perpustakaan suatu persekutuan Yahudi, yang pusatnya terdapat di kompleks gedung-gedung yang sekarang disebut Khirbet Qumran. Nampaknya tempat ini dihuni oleh persekutuan itu selama dua abad sebelum tahun 70 Masehi (dengan selang waktu selama 30 tahun antara tahun 34 Masehi dan 4 sebelum Masehi).
Besar kemungkinan persekutuan itu merupakan cabang dari golongan Esen, dan timbul di antara orang Yahudi yang saleh (khassidim), yang berusaha tetap setia kepada perjanjian mereka hidup tanpa cacat kendati penganiayaan pada zaman Antiokhus Epifanus (175-164 sebelum Masehi). Keputusan menyerahkan baik jabatan imam besar maupun kekuasaan tertinggi sipil dan militer kepada wangsa Hasmon, tidak mereka setujui sebagai kehendak Allah. Dengan pimpinan seorang yang mereka sebut Guru Kebenaran, mereka mengasingkan diri ke padang gurun Yudea. Di sana mereka membentuk organisasi bagi sisa umat Israel, yaitu sekelompok kecil yang adil-benar - "suatu umat yang tersedia bagi Tuhan". Mereka mengharapkan segera datangnya zaman baru untuk mengakhiri "zaman fasik" yang berkecamuk pada waktu itu. Mereka berusaha mendapat belas kasihan Allah bagi diri mereka dengan rajin mempelajari hukum Taurat lalu menghayatinya, dan memohon pengampunan karena dosa-dosa teman sebangsanya, Israel, yang disesatkan itu. Mereka juga mengharapkan bahwa merekalah hendaknya kelak yang menjatuhkan hukum Allah menghukum orang-orang fasik pada akhir zaman.
Menurut kepercayaan mereka, akhir zaman akan ditandai dengan munculnya tiga tokoh seperti yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yaitu nabi seperti Musa, yang dibicarakan dalam Ulangan 18:15 dan ayat berikutnya; Mesias yang berasal dari suku Daud; dan imam besar dari keturunan Harun. Imam ini akan menjadi Kepala Negara pada zaman baru itu, dan kedudukannya akan lebih utama bahkan melebihi Mesias dari suku Daud. Mesias dari suku Daud itu akan menjadi panglima perang, akan memimpin tentara Israel yang setia menuju kemenangan yang akan memusnahkan "anak-anak kegelapan" (pemimpin mereka ialah tentara kafir dari Kitim, mungkin maksudnya orang Roma). Nabi yang seperti Musa akan mengumumkan kehendak Allah kepada umat-Nya pada akhir zaman, seperti dilakukan Musa pada awal sejarah mereka.
Orang-orang Qumran menolak mengakui imam-imam besar di Yerusalem selama "zaman fasik", dengan alasan imam-imam itu tidak termasuk keturunan Zadok (yang diturunkan pada pemerintahan Antiokhus Epifanes), dan karena secara budi pekerti, imam-imam itu tak layak melakukan jabatan kudus tersebut. Salah seorang imam besar itu, ternyata adalah raja-imam, orang Hasmon (mungkin maksudnya Yonatan, yaitu saudara dan pengganti Yudas Makabeus), yang dicap "imam fasik" paling jagoan karena kesadisannya memusuhi Guru Kebenaran dan pengikut-pengikutnya. Persekutuan itu tetap mempertahankan pola keimaman suku Zadok dan orang Lewi, siap sedia memulihkan ibadah persembahan korban seperti yang seharusnya dalam Bait Suci yang sudah ditahirkan di kota Yerusalem Baru (bukan Yerusalem surgawi, tapi kota Yerusalem lama yang diperbaharui kembali).
Dari perpustakaan Qumran kira-kira 500 dokumen sudah dikenal (sebagian besar dalam keadaan serpihan yang menyedihkan) baik dokumen tulisan-tulisan Alkitab maupun bukan. Kira-kira 100 gulungan di antaranya adalah kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani; di sini sudah terdapat semua kitab Perjanjian Lama (beberapa di antaranya bahkan ditulis beberapa kali), kecuali Kitab Ester. Apakah kekecualian ini mengandung arti atau tidak disengaja, sukar ditentukan. Dokumen-dokumen Alkitab ini berasal dari abad-abad akhir sebelum Masehi dan dari bagian awal abad pertama Masehi. Naskah-naskah ini menunjukkan paling sedikit tiga jenis naskah Kitab Suci Ibrani yang berbeda-beda, yaitu (1) jenis Masoret pertama (mungkin berasal dari Babel), dari mana diturunkan naskah Ibrani yang dimiliki sekarang; (2) naskah yang menjadi dasar bagi LXX (mungkin berasal dari Mesir); dan (3) sebuah naskah (mungkin berasal dari Palestina) yang erat hubungannya dengan Pentateukh Samaria.
Beberapa naskah isinya adalah campuran; umpamanya Gua 4 memuat dokumen Bilangan (4Q Num.), yang naskahnya setengah jenis Samaria dan setengah lagi jenis LXX, dan satu naskah tangan Samuel (4Q Sam.), yang dianggap menunjukkan naskah yang lebih unggul dari sejenis NM (MT) dari LXX. MT adalah Teks Masora (naskah Ibrani yang resmi). Naskah tangan lain dari Kitab Samuel dari Gua yang sama (4q Sam.) mendapat perhatian khas; gulungan ini menunjukkan naskah yang tidak hanya amat dekat kepada naskahyang menjadi dasar LXX, tapi yang lebih dekat lagi daripada NM (MT) kepada naskah Samuel, yang dipakai oleh penulis Tawarikh. Penemuan naskah tangan Alkitab ini memperkecil jurang yang memisahkan waktu penulisan dengan naskah tertua yang ada tersimpan, yaitu lebih dari 1.000 tahun, dan memberi sumbangan yang sangat besar kepada sejarah naskah Perjanjian Lama.
Telah ditemukan juga beberapa serpihan LXX dalam Gua-gua Qumran dan beberapa karya sastra targum, terutama targum (=terjemahan) Kitab Ayub ke dalam bahasa Aram dari Gua 11. Ditemukan juga beberapa Kitab Apokrifa, termasuk Kitab Tobit (dalam bahasa Aram dan Ibrani), Yesus bin Sirakh (dalam bahasa Ibrani), dan Surat Yeremia (dalam bahasa Yunani), 1 Henokh (dalam bahasa Aram) dan Kitab Yobel (dalam bahasa Ibrani).
Gulungan-gulungan naskah non-Alkitab, bila dihubungkan dengan bukti hasil penemuan penggalian di Khirbet Qumran dan di sebuah gedung tambahan dekat Ain Fesykha, beberapa kilometer lagi ke selatan, menyajikan keterangan penting tentang kepercayaan dan praktek persekutuan itu. Tapi harus diingat, bahwa bukan setiap kitab yang terdapat dalam perpustakaan suatu persekutuan, memantulkan pikiran-pikiran dan tingkah laku persekutuan itu. Namun banyak dari sastra Qumran memberi gambaran yang mantap dan berdasarkan ini dapat diketahui agak pasti filsafat hidup di Qumran.
Persekutuan Qumran menerapkan pengekangan diri yang sangat keras. Untuk menjadi anggota persekutuan itu orang harus memenuhi syarat-syarat yang sangat berat, termasuk masa percobaan. Penafsiran mereka akan Taurat Musa sangat ketat, melebihi ajaran Farisi yang paling ketat sekalipun. Mungkin orang Farisilah yang dimaksud dalam tulisan-tulisan Qumran sebagai "orang-orang yang mencari hal-hal yang enak". Orang-orang Qumran melakukan pembasuhan secara teratur sebagai tata cara agamawi. Mengadakan perjamuan persekutuan, dan izin untuk mengikutinya sangat rumit dan jeli. Mereka mengikuti penanggalan yang serupa dengan yang diatur dalam Kitab Yobel.
Pengharapan Israel mereka tafsirkan dengan istilah-istilah apokaliptis, dan mereka yakin akan turut memainkan peranan penting dalam mewujudkan harapan itu. Mereka menafsirkan ayat-ayat Kitab Suci yang berupa nubuat sebagai mengacu pada orang-orang dan peristiwa pada zaman mereka dan zaman yang dekat. Gambaran yang paling jelas mengenai cara penafsiran ini terdapat dalam pembahasan Alkitab (pesyarim) dan beberapa di antaranya di temukan di Gua-gua Qumran.
Menurut ahli tafsir Qumran, para nabi tahu melalui pernyataan Allah, apa yang hendak dilakukan Allah pada akhir zaman. Tapi mereka tidak tahu kapan tibanya akhir zaman itu. Pernyataan tambahan ini diberikan Allah kepada Guru Kebenaran, yang mengumumkannya kepada murid-muridnya. Berdasarkan itu mereka tahu arti ucapan kepada nabi, yang tidak diberikan kepada orang-orang Yahudi lainnya, dan mereka menyadari hak istimewa yang diberikan Allah kepada mereka dengan menuntut mereka ke dalam rahasia-rahasia dan tujuan-Nya, beserta waktu penggenapan dan caranya.
Tapi harapan persekutuan Qumran tidak digenapi dalam bentuk yang mereka nantikan. Agaknya mereka tinggalkan markas besarnya selama perang tahun 66-73 Masehi; mungkin pada saat itulah mereka amankan kitab-kitab mereka di gua-gua di sekitarnya. Apa yang terjadi atas anggota persekutuan itu tidak diketahui, tapi mungkin sekali beberapa dari mereka bergabung dengan orang-orang pelarian dari gereja Yerusalem.
Telah diteliti kesamaan antara persekutuan Qumran dan gereja kuno bertalian pandangan eskatologi mereka, kesadaran bahwa mereka adalah sisa umat Israel, penafsiran Alkitab dan penghayatan agama. Tapi ada perbedaan-perbedaan penting yang bertentangan dengan kesamaan ini. Pembasuhan dan perjamuan persekutuan mereka sesuai tata cara agama, tidak mempunyai makna sakramen seperti Baptisan dan Perjamuan Kudus Kristen. Orang-orang Kristen pertama, seperti Yesus sendiri, bebas membaurkan diri dengan sahabat-sahabat mereka dalam cara hidup umum, tidak membentuk organisasi pertapaan di padang gurun.
Perjanjian Baru melukiskan Yesus sebagai Nabi, Imam dan Raja dari suku Daud, dan tidak memisah-misahkan jabatan ini kepada tiga tokoh yang berbeda-beda, seperti terjadi dalam eskatologi Qumran. Dan memang Yesuslah Tokohnya, yang membuat agama Kristen pada setiap segi lain daripada yang lain. Memang Guru Kebenaran itu merupakan pemimpin dan pengajar ulung, tapi ia bukan Mesias atau Juruselamat, dan dalam pandangan pengikut-pengikutnya pun tidak. Bagi masyarakat Kristen pertama, Yesus adalah segala-galanya seperti Guru Kebenaran bagi persekutuan Qumran, tapi Yesus jauh lebih unggul karena Ia adalah sekaligus Mesias dan Juruselamat, Hamba TUHAN dan Anak Manusia. Waktu Guru Kebenaran mati (ungkapan Qumran "dikumpulkan bersama" - yang berarti kematian biasa), mungkin pengikutnya mengharapkan dia akan bangkit dari antara orang mati (walau hal ini agak diragukan) sebelum kebangkitan umum; tapi kenyataannya tak seorangpun pengikutnya mengatakan bahwa itu sudah terjadi.
Gulungan tembaga dari Gua 3 mungkin tak ada sangkut pautnya dengan persekutuan Qumran. Lebih mungkin gulungan itu milik golongan Zelot, yang berpangkalan di Qumran selama perang tahun 66-73; gulungan ini agaknya mengandung (dalam kode) daftar harta benda Bait Suci, yang tersembunyi dalam 61 tempat rahasia di Yerusalem dan di daerah sebelah timur dan selatannya.
Besar kemungkinan persekutuan itu merupakan cabang dari golongan Esen, dan timbul di antara orang Yahudi yang saleh (khassidim), yang berusaha tetap setia kepada perjanjian mereka hidup tanpa cacat kendati penganiayaan pada zaman Antiokhus Epifanus (175-164 sebelum Masehi). Keputusan menyerahkan baik jabatan imam besar maupun kekuasaan tertinggi sipil dan militer kepada wangsa Hasmon, tidak mereka setujui sebagai kehendak Allah. Dengan pimpinan seorang yang mereka sebut Guru Kebenaran, mereka mengasingkan diri ke padang gurun Yudea. Di sana mereka membentuk organisasi bagi sisa umat Israel, yaitu sekelompok kecil yang adil-benar - "suatu umat yang tersedia bagi Tuhan". Mereka mengharapkan segera datangnya zaman baru untuk mengakhiri "zaman fasik" yang berkecamuk pada waktu itu. Mereka berusaha mendapat belas kasihan Allah bagi diri mereka dengan rajin mempelajari hukum Taurat lalu menghayatinya, dan memohon pengampunan karena dosa-dosa teman sebangsanya, Israel, yang disesatkan itu. Mereka juga mengharapkan bahwa merekalah hendaknya kelak yang menjatuhkan hukum Allah menghukum orang-orang fasik pada akhir zaman.
Menurut kepercayaan mereka, akhir zaman akan ditandai dengan munculnya tiga tokoh seperti yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yaitu nabi seperti Musa, yang dibicarakan dalam Ulangan 18:15 dan ayat berikutnya; Mesias yang berasal dari suku Daud; dan imam besar dari keturunan Harun. Imam ini akan menjadi Kepala Negara pada zaman baru itu, dan kedudukannya akan lebih utama bahkan melebihi Mesias dari suku Daud. Mesias dari suku Daud itu akan menjadi panglima perang, akan memimpin tentara Israel yang setia menuju kemenangan yang akan memusnahkan "anak-anak kegelapan" (pemimpin mereka ialah tentara kafir dari Kitim, mungkin maksudnya orang Roma). Nabi yang seperti Musa akan mengumumkan kehendak Allah kepada umat-Nya pada akhir zaman, seperti dilakukan Musa pada awal sejarah mereka.
Orang-orang Qumran menolak mengakui imam-imam besar di Yerusalem selama "zaman fasik", dengan alasan imam-imam itu tidak termasuk keturunan Zadok (yang diturunkan pada pemerintahan Antiokhus Epifanes), dan karena secara budi pekerti, imam-imam itu tak layak melakukan jabatan kudus tersebut. Salah seorang imam besar itu, ternyata adalah raja-imam, orang Hasmon (mungkin maksudnya Yonatan, yaitu saudara dan pengganti Yudas Makabeus), yang dicap "imam fasik" paling jagoan karena kesadisannya memusuhi Guru Kebenaran dan pengikut-pengikutnya. Persekutuan itu tetap mempertahankan pola keimaman suku Zadok dan orang Lewi, siap sedia memulihkan ibadah persembahan korban seperti yang seharusnya dalam Bait Suci yang sudah ditahirkan di kota Yerusalem Baru (bukan Yerusalem surgawi, tapi kota Yerusalem lama yang diperbaharui kembali).
Dari perpustakaan Qumran kira-kira 500 dokumen sudah dikenal (sebagian besar dalam keadaan serpihan yang menyedihkan) baik dokumen tulisan-tulisan Alkitab maupun bukan. Kira-kira 100 gulungan di antaranya adalah kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani; di sini sudah terdapat semua kitab Perjanjian Lama (beberapa di antaranya bahkan ditulis beberapa kali), kecuali Kitab Ester. Apakah kekecualian ini mengandung arti atau tidak disengaja, sukar ditentukan. Dokumen-dokumen Alkitab ini berasal dari abad-abad akhir sebelum Masehi dan dari bagian awal abad pertama Masehi. Naskah-naskah ini menunjukkan paling sedikit tiga jenis naskah Kitab Suci Ibrani yang berbeda-beda, yaitu (1) jenis Masoret pertama (mungkin berasal dari Babel), dari mana diturunkan naskah Ibrani yang dimiliki sekarang; (2) naskah yang menjadi dasar bagi LXX (mungkin berasal dari Mesir); dan (3) sebuah naskah (mungkin berasal dari Palestina) yang erat hubungannya dengan Pentateukh Samaria.
Beberapa naskah isinya adalah campuran; umpamanya Gua 4 memuat dokumen Bilangan (4Q Num.), yang naskahnya setengah jenis Samaria dan setengah lagi jenis LXX, dan satu naskah tangan Samuel (4Q Sam.), yang dianggap menunjukkan naskah yang lebih unggul dari sejenis NM (MT) dari LXX. MT adalah Teks Masora (naskah Ibrani yang resmi). Naskah tangan lain dari Kitab Samuel dari Gua yang sama (4q Sam.) mendapat perhatian khas; gulungan ini menunjukkan naskah yang tidak hanya amat dekat kepada naskahyang menjadi dasar LXX, tapi yang lebih dekat lagi daripada NM (MT) kepada naskah Samuel, yang dipakai oleh penulis Tawarikh. Penemuan naskah tangan Alkitab ini memperkecil jurang yang memisahkan waktu penulisan dengan naskah tertua yang ada tersimpan, yaitu lebih dari 1.000 tahun, dan memberi sumbangan yang sangat besar kepada sejarah naskah Perjanjian Lama.
Telah ditemukan juga beberapa serpihan LXX dalam Gua-gua Qumran dan beberapa karya sastra targum, terutama targum (=terjemahan) Kitab Ayub ke dalam bahasa Aram dari Gua 11. Ditemukan juga beberapa Kitab Apokrifa, termasuk Kitab Tobit (dalam bahasa Aram dan Ibrani), Yesus bin Sirakh (dalam bahasa Ibrani), dan Surat Yeremia (dalam bahasa Yunani), 1 Henokh (dalam bahasa Aram) dan Kitab Yobel (dalam bahasa Ibrani).
Gulungan-gulungan naskah non-Alkitab, bila dihubungkan dengan bukti hasil penemuan penggalian di Khirbet Qumran dan di sebuah gedung tambahan dekat Ain Fesykha, beberapa kilometer lagi ke selatan, menyajikan keterangan penting tentang kepercayaan dan praktek persekutuan itu. Tapi harus diingat, bahwa bukan setiap kitab yang terdapat dalam perpustakaan suatu persekutuan, memantulkan pikiran-pikiran dan tingkah laku persekutuan itu. Namun banyak dari sastra Qumran memberi gambaran yang mantap dan berdasarkan ini dapat diketahui agak pasti filsafat hidup di Qumran.
Persekutuan Qumran menerapkan pengekangan diri yang sangat keras. Untuk menjadi anggota persekutuan itu orang harus memenuhi syarat-syarat yang sangat berat, termasuk masa percobaan. Penafsiran mereka akan Taurat Musa sangat ketat, melebihi ajaran Farisi yang paling ketat sekalipun. Mungkin orang Farisilah yang dimaksud dalam tulisan-tulisan Qumran sebagai "orang-orang yang mencari hal-hal yang enak". Orang-orang Qumran melakukan pembasuhan secara teratur sebagai tata cara agamawi. Mengadakan perjamuan persekutuan, dan izin untuk mengikutinya sangat rumit dan jeli. Mereka mengikuti penanggalan yang serupa dengan yang diatur dalam Kitab Yobel.
Pengharapan Israel mereka tafsirkan dengan istilah-istilah apokaliptis, dan mereka yakin akan turut memainkan peranan penting dalam mewujudkan harapan itu. Mereka menafsirkan ayat-ayat Kitab Suci yang berupa nubuat sebagai mengacu pada orang-orang dan peristiwa pada zaman mereka dan zaman yang dekat. Gambaran yang paling jelas mengenai cara penafsiran ini terdapat dalam pembahasan Alkitab (pesyarim) dan beberapa di antaranya di temukan di Gua-gua Qumran.
Menurut ahli tafsir Qumran, para nabi tahu melalui pernyataan Allah, apa yang hendak dilakukan Allah pada akhir zaman. Tapi mereka tidak tahu kapan tibanya akhir zaman itu. Pernyataan tambahan ini diberikan Allah kepada Guru Kebenaran, yang mengumumkannya kepada murid-muridnya. Berdasarkan itu mereka tahu arti ucapan kepada nabi, yang tidak diberikan kepada orang-orang Yahudi lainnya, dan mereka menyadari hak istimewa yang diberikan Allah kepada mereka dengan menuntut mereka ke dalam rahasia-rahasia dan tujuan-Nya, beserta waktu penggenapan dan caranya.
Tapi harapan persekutuan Qumran tidak digenapi dalam bentuk yang mereka nantikan. Agaknya mereka tinggalkan markas besarnya selama perang tahun 66-73 Masehi; mungkin pada saat itulah mereka amankan kitab-kitab mereka di gua-gua di sekitarnya. Apa yang terjadi atas anggota persekutuan itu tidak diketahui, tapi mungkin sekali beberapa dari mereka bergabung dengan orang-orang pelarian dari gereja Yerusalem.
Telah diteliti kesamaan antara persekutuan Qumran dan gereja kuno bertalian pandangan eskatologi mereka, kesadaran bahwa mereka adalah sisa umat Israel, penafsiran Alkitab dan penghayatan agama. Tapi ada perbedaan-perbedaan penting yang bertentangan dengan kesamaan ini. Pembasuhan dan perjamuan persekutuan mereka sesuai tata cara agama, tidak mempunyai makna sakramen seperti Baptisan dan Perjamuan Kudus Kristen. Orang-orang Kristen pertama, seperti Yesus sendiri, bebas membaurkan diri dengan sahabat-sahabat mereka dalam cara hidup umum, tidak membentuk organisasi pertapaan di padang gurun.
Perjanjian Baru melukiskan Yesus sebagai Nabi, Imam dan Raja dari suku Daud, dan tidak memisah-misahkan jabatan ini kepada tiga tokoh yang berbeda-beda, seperti terjadi dalam eskatologi Qumran. Dan memang Yesuslah Tokohnya, yang membuat agama Kristen pada setiap segi lain daripada yang lain. Memang Guru Kebenaran itu merupakan pemimpin dan pengajar ulung, tapi ia bukan Mesias atau Juruselamat, dan dalam pandangan pengikut-pengikutnya pun tidak. Bagi masyarakat Kristen pertama, Yesus adalah segala-galanya seperti Guru Kebenaran bagi persekutuan Qumran, tapi Yesus jauh lebih unggul karena Ia adalah sekaligus Mesias dan Juruselamat, Hamba TUHAN dan Anak Manusia. Waktu Guru Kebenaran mati (ungkapan Qumran "dikumpulkan bersama" - yang berarti kematian biasa), mungkin pengikutnya mengharapkan dia akan bangkit dari antara orang mati (walau hal ini agak diragukan) sebelum kebangkitan umum; tapi kenyataannya tak seorangpun pengikutnya mengatakan bahwa itu sudah terjadi.
Gulungan tembaga dari Gua 3 mungkin tak ada sangkut pautnya dengan persekutuan Qumran. Lebih mungkin gulungan itu milik golongan Zelot, yang berpangkalan di Qumran selama perang tahun 66-73; gulungan ini agaknya mengandung (dalam kode) daftar harta benda Bait Suci, yang tersembunyi dalam 61 tempat rahasia di Yerusalem dan di daerah sebelah timur dan selatannya.
NASKAH DARI PERANG BAR-KOKHBA
Dalam Gua-gua di Wadi Muraba'at, kira-kira 18 kilometer sebelah selatan Qumran, sekitar tahun 1952 ditemukan agak banyak naskah tulisan tangan. Kebanyakan naskah ini termasuk pada masa penghunian gua-gua ini oleh pasukan pengawal luar kota dari tentara Bar-Kokhba, pemimpin pemberontakan Yahudi yang kedua melawan Roma (tahun 132-135 Masehi). Dalam naskah-naskah ini terdapat surat-surat yang ditujukan kepada Bar-Kokhba, dan dua surat yang dia tulis sendiri, dan dari surat itu ternyata bahwa nama sukunya yang sesungguhnya ialah Ben-Kosebah; ia sendiri menyebut dirinya Simeon Ben-Kosebah, raja Israel (gelar Bar-Kokhba, artinya anak bintang, dipertanggungkan kepada Rabi Akiba, yang menyambut dia sebagai bintang yang dibicarakan dalam Bilangan 24:17, dengan kata lain Mesias yang dari suku Daud). Banyak serpihan naskah tangan Alkitab dari zaman ini didapati di gua-gua itu, dan semuanya menunjukkan jenis naskah "Masoret pertama".
Kira-kira bersamaan dengan waktu penulisan Gua-gua Muraba'at, dijumpai tambahan naskah tulisan tangan dari zaman Bar-Kokhba di Gua-gua Nahal Hever, di sebelah selatan En-Gedi. Ini mencakup serpihan Kitab Suci Ibrani dan serpihan terjemahan Yunani dari naskah nabi-nabi Kecil, serupa dengan yang dipakai oleh Justinus Martir (kira-kira tahun 150 Masehi). Terjemahan ini buat sementara disamakan dengan Quinta Origenes oleh D. Barthelemy.
Lebih baru lagi, naskah-naskah serupa telah ditemukan di tiga wadi lain di daerah itu. Di sini ada juga gua, yang digunakan sebagai markas besar oleh tentara gerilya Bar-Kokhba. Tulisan-tulisan yang dijumpai di dalamnya mencakup dua serpihan gulungan naskah bertuliskan Keluaran 13:1-16 dan serpihan kecil berisi bagian-bagian dari tujuh baris Mazmur 15.
Kira-kira bersamaan dengan waktu penulisan Gua-gua Muraba'at, dijumpai tambahan naskah tulisan tangan dari zaman Bar-Kokhba di Gua-gua Nahal Hever, di sebelah selatan En-Gedi. Ini mencakup serpihan Kitab Suci Ibrani dan serpihan terjemahan Yunani dari naskah nabi-nabi Kecil, serupa dengan yang dipakai oleh Justinus Martir (kira-kira tahun 150 Masehi). Terjemahan ini buat sementara disamakan dengan Quinta Origenes oleh D. Barthelemy.
Lebih baru lagi, naskah-naskah serupa telah ditemukan di tiga wadi lain di daerah itu. Di sini ada juga gua, yang digunakan sebagai markas besar oleh tentara gerilya Bar-Kokhba. Tulisan-tulisan yang dijumpai di dalamnya mencakup dua serpihan gulungan naskah bertuliskan Keluaran 13:1-16 dan serpihan kecil berisi bagian-bagian dari tujuh baris Mazmur 15.
KHIRBET MIRD
Dari puing-puing Khirbet Mird (dulu biara orang Kristen), di sebelah utara lembah Kidron, telah dikeluarkan dari dalam tanah naskah-naskah tulisan tangan yang amat menarik perhatian. Itu terjadi pada tahun 1950 oleh beberapa orang suku Ta'amire dari bangsa Beduin (suku inilah yang pertama sekali menjumpai gulungan-gulungan di Qumran). Gulungan ini berasal dari waktu yang jauh lebih kemudian dibandingkan naskah-naskah tulisan tangan yang ditemukan di Qumran dan Muraba'at. Penemuan-penemuan ini mencakup serpihan surat-surat pribadi dalam bahasa Arab dari abad 7 dan 8, sepucuk surat dalam bahasa Siria di atas papirus dari Andromakhe, tulisan Euripides, dan banyak ayat Alkitab dalam bahasa Yunani dan Siria Palestina. Ayat-ayat Alkitab Yunani mencakup serpihan-serpihan dari kitab-kitab yang memakai huruf besar, yaitu Kitab Kebijaksanaan, Markus, Yohanes, dan Kisah Para Rasul, yang harus ditentukan tarikhnya antara abad 5 dan 8; dan gulungan dalam bahasa Siria Palestina (banyak di antaranya berupa palimpesestos, yaitu kulit, yang tulisannya dihapus atau dikikis, supaya bisa ditulisi kembali) mencakup serpihan-serpihan Yosua, Lukas, Yohanes, Kisah Para Rasul dan Kolose.