"Mantera itu bekerja. Hitam atau putih sama saja. Memiliki perwatakan dan tugas tertentu di dunia. Tidak mengingkari selama tinggal di jiwa yang mengakui. Ia bersumber dari suatu zat yang tidak pernah dapat dimengerti dan mustahil untuk dijelajahi. Diwariskan turun temurun, awalnya secara lisan kemudian dituliskan. Dari sebuah zaman, ketika manusia masih menghormati dan bersekutu dengan alam sekitarnya".
TERLAHIR dari rasa ingin tahu tentang misteri hidup dan asal muasal kehidupan. Bermula dari sebuah pencarian tentang hakikat ingsun sejati, sadulur sejati, guru sejati dan sukma sejati. Diturunkan oleh wahyu sejati yang dititahkan melalui sabda sejati. Ia abadi.
FONDASI PARAMARATA
Proses supranatural memang sebuah perjalanan panjang tentang fenomena pencarian jati diri. Penelusuran manusia tentang hakikat satrio pinandhita. Sosok manusia berpengetahuan luas namun berbudi pekerti luhur. Posisi budi luhur atau di masa sansekerta disebut paramarata sangatlah fundamental. Paramarata merupakan parameter ilmu apa yang kelak bakal dikuasai seorang penganut kebatinan. Ilmu Hitam atau Ilmu Putih.
Sejak dini sudah dapat ditebak, watak rampogan bersekutu dengan kekuatan hitam. Watak satrio masuk aliran ilmu putih. Mantera, yang juga memiliki perwatakan, bersemayam pada diri manusia dengan pewatakan sama. Perwatakan berbeda tidak bisa dipaksakan menempati ruang jiwa yang sama. Orang yang berwatak iri, dengki, memutar balikkan fakta, sok tahu, tidak bakal mampu menguasai ilmu kebatinan. Dia hanya bisa minta tolong kepada dukun ilmu hitam, jika ingin mencari solusi atas persoalan hidupnya melalui jasa supranatural. Jika memaksakan diri untuk ditolong oleh dukun ilmu putih, niscaya cuma memperoleh nasihat-nasihat moral. "Agar tidak menipu, berdusta, beraksi palsu, tidak merampas hak orang lain, atau menutupi prestasi teman di mata pimpinan."
Ciri pribadi adalah lambang perwatakan, sangat sulit diubah. Hanya bisa disingkirkan. Orang berwatak seperti di atas lebih cocok bergaul dengan kalangan bedigasan dari alam kajiman, penjaga pintu neraka atau bersekutu dengan dukun prewangan. Dalam khazanah budaya Hindu jelas-jelas sudah diajarkan tentang karma marga. Sesuatu yang sejenis akan bersekutu dengan yang sejenis. Bandit bertemu bandit, hipokrit bergaul dengan hipokrit, oportunis bersekutu dengan oprtunis. Orang munafik serumah dengan orang munafik. Gagak terbang dengan gagak. Merpati berkelompok dengan merpati. Kalau akhirnya ada Derkuku dikawinkan dengan Puter lalu akhirnya lahir Sinom, itu gara-gara ulah manusia saja.
MERAMPAS HAK MEMORI
Ilmu Hitam jelas beda dengan ilmu putih. Ia tidak bisa disekutukan lalu jadi abu-abu, seperti cat tembok. Ia lebih menyerupai papan catur, bisa berdampingan tetapi sesungguhnya berlawanan. Karena mengandung unsur perwatakan berbeda, maka hitam berkecenderungan merugikan, sedang putih membahagiakan. Ilmu gendam merupakan bagian kekayaan ilmu hitam. Salah satu jenisnya sering dipraktekkan di jalanan, di pasar-pasar atau terminal-terminal. Sehingga keesokan harinya, termuat di koran, ibu ini dan ibu itu, tertipu habis-habisan lalu memberikan perhiasan dan uangnya kepada si anu, yang sama sekali tidak dikenal. Karena baru bertemu pertama kali itu.
Pemuja Behtaru Durga yang pada umumnya belajar ilmu leak konon harus berkelanan berselubung kekuatan gaib saat malam menyelimuti bumi, untuk memburu darah segar manusia, yang mengalir di tubuh bayi yang baru lahir. Tujuannya merebut hak hidup anak itu menjadi hak hidup dia. Dalam perburuannya ia akan mengubah wujud menjadi api, terkadang kesana-kemari, menembus langit kelam. Di Jawa disebut gembologeni. Terbang dari atas rumah yang satu ke yang lainnya. Dari dusun satu ke dusun lain. Dan akhirnya menukik, lalu .....?!!!
Pemuja kekuatan hitam itu berubah sakti mandra guna. Jika mati hidup lagi. Karena sudah merebut hak hidup orang lain lebih dari sekali. Semakin banyak korban, nyawanya semakin rangkap-rangkap. Seperti highlander mitologi kesaktian dari bangsa Skotlandia. Seolah-olah hidup abadi namun sesungguhnya tidak. Manteranya yang abadi. Dari satu generasi ke generasi berikutnya tetap sama. Baik format maupun bahasanya. Mencari orang yang berminat membaca dan menerapkannya. Menunggu penuh kesabaran di balik pintu dan jendela. Beredar tanpa kasak-kusuk, bergerak di bawah tanah. Suatu saat kembali dianut seseorang, secara sengaja ataupun tidak. "Semakin jumawa, semakin melekat ilmu hitamnya. Semakin orang tergoda melawan, semakin kokoh pertahanannya".
PARTIKEL BERMUATAN MANTERA
Sungguh berlawanan dengan ilmu putih. Persyaratannya mudah dicari, disembarang tempat ada dan masih sanggup ditelusuri melalui logika. Air putih, garam dapur atau tali ijuk, misalnya. Ketiganya tidak bisa diolah, seperti batu yang diubah jadi jimat akik atau kayu jadi alat dapur. Masih menyisakan ruang untuk Sang Maha Pencipta. Kembang menyan memang ada. Tetapi bukan berarti jadi semacam sogokan bagi yang dipuja seperti dalam ilmu hitam. Melainkan sebagai bagian dari ritual Kejawen. Kalau di Riau, suku Sakai biasanya menggunakan rempah-rempah untuk upacara magisnya.
Kembang menyan masih susah dikesampingkan, meski bukan persyaratan mutlak. Kalau ada boleh disertakan, jika tidak ada, ya mantera tetap bekerja. Yang terpenting adalah mantera. Atau disebut juga rapal. Fungsi kemenyan hanya untuk dinikmati bau asapnya. Karena bau kemenyan memenangkan jiwa dan membeningkan pikiran. Sehingga membantu kekhusukan dalam bermantera. Semakin khusuk berdoa semakin ringan tubuh kita. Metabolisme tubuh akan berubah, sel-sel terbelah dan akhirnya memancarkan partikel tertentu berupa sinar-sianr keluar dari tubuh, dan dapat dikendalikan seperti sebutir peluru. Di Jawa partikel itu diberi muatan mantera. Di Barat diberi gelombang elektromagnetik, yang lahir dari pengolahan pernapasan dan pemusatan pikiran. Ketika sampai tujuan berubah jadi ledakan. Meledak di jiwa, pikiran atau raga. Sebelum segalanya terjadi, pikiran harus hening. Ini tercapai melalui proses meditasi (pengolahan napas) dan semedi atau pemusatan sadulur papat kalimo pancer.
PARANORMAL SEJATI
Mantera akan bekerja di tangan paranormal yang sudah menemukan hakikat ingsun sejatinya dan mampu melakukan dialog dengan sadulur sejatinya, serta bersedia menjalankan perintah guru sejati, -di dunia rasional mirip suara kalbu. Ia juga harus memberi ruang yang luas dalam pikiran, roh dan jiwa untuk singgasana Sukma Sejati atau Yang maha Kuasa. Jika tidak, alunan mantera hanya seirama dengan sebuah bacaan sastera Jawa, Hindu, atau Melayu. Seolah tidak mengandung apa-apa.
Ilmu kebatinan akan mempengaruhi tingkah laku dan watak seseorang. Pemilik ilmu putih berkecendurengan berkata jujur dan tidak menutup mata terhadap pengingkaran hak asasi manusia, pemutar balikan fakta, ketidak-adilan, serta selalu membela yang benar. Apa pun yang akan terjadi.
Pengabdian terhadap kebenaran akan semakin menguatkan gaib putih di dalam tubuhnya. Kebenaran tidak pernah mendua; tanbana dbarma mangrwa. Ia hanya satu. Jika suatu masalah selalu mengandung dua sisi persoalan berlawanan maka keduanya diuji lewat kebenaran.
Ilmu hitam dan putih memang berbeda. Mitos orang berilmu hitam berperilaku baik, bakal mengubah ilmunya jadi putih atau sebaliknya, adalah sekadar lelucon ringan di kalangan dunia kebatinan. Rumusan ngawur seperti itu tidak ada dalam kalam kamus alam gaib. Hitam tetap hitam, Putih jadi putih. "Bagi saya, hitam atau putih sama saja. Keduanya jadi bagian dari misteri ilmu pengetahuan. Saya sangat yakin, kelak di kemudian hari ilmu hitam dan ilmu putih akan jadi bagian ilmu pengetahuan. Sekarang pun rintisan ke arah sana sudah dimulai di Amerika. Tepatnya di Coral University, di perbukitan New York USA. Satu garis lurus dengan Haiti, pusat voodoo yang legendaris itu". Dunia kebatinan, memang masih sepi dan gelap.